Rabu, 16 Januari 2013

Perkembangan Neraca Pembayaran 2011



Pada triwulan III 2011 transaksi berjalan masih menunjukkan kinerja yang positif dengan mencatat surplus USD0,2 miliar. Namun, surplus pada transaksi berjalan tersebut tidak dapat menutupi defisit USD3,4 miliar yang terjadi pada transaksi modal dan finansial. Sejalan dengan itu, secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit USD4,0 miliar dan jumlah cadangan devisa turun menjadi USD114,5 miliar pada akhir September 2011. Jumlah cadangan devisa ini diperkirakan cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 6,6 bulan.

Kinerja transaksi berjalan masih positif karena surplus pada neraca barang dan neraca transfer berjalan melampaui defisit pada neraca jasa dan neraca pendapatan. Surplus neraca barang tetap tinggi berkat kinerja neraca perdagangan migas yang membaik. Setelah sempat mengalami defisit pada triwulan sebelumnya, neraca perdagangan migas kembali mengalami surplus, ditopang oleh produksi minyak dan volume ekspor gas yang meningkat serta volume impor minyak yang menurun. Kontribusi positif juga berasal dari berkurangnya deficit neraca jasa seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Transaksi modal dan finansial mengalami defisit akibat keluarnya sebagian investor asing dari pasar surat utang negara dan pasar saham domestik serta besarnya jumlah SBI milik investor asing yang jatuh tempo. Arus keluar investasi portofolio tersebut dipicu oleh terjadinya gejolak di pasar finansial global menyusul proses penyelesaian krisis utang di Eropa yang berlarut-larut. Di sisi lain, minat investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi langsung dan pemberian kredit kepada sektor swasta masih tetap tinggi, didukung oleh iklim investasi yang kondusif dan terjaganya stabilitas perekonomian di dalam negeri.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw. III-2011mengalami defisit sebesar USD4,0miliar, terutama akibat tekanan pada transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit sekitar USD3,4 miliar yang jauh lebih besar dibandingkan surplus transaksi berjalan (USD0,2 miliar). Di tengah ketidakpastian yang tinggi atas penyelesaian krisis utang di Eropa yang menyebabkan perlambatan ekonomi di kawasan tersebut dan juga perlambatan ekonomi AS, kinerja neraca perdagangan barang masih mencatat surplus. Bersama dengan surplus pada transfer berjalan, surplus tersebut mampu melebihi defisit yang terjadi pada neraca pendapatan dan neraca jasa, sehingga transaksi berjalan tetap surplus. Di sisi lain, dampak dari kondisi di Eropa dan AS menyebabkan arus keluar modal investasi portofolio mengalir deras, terutama pada komponen saham dan Surat Utang Negara.

Kendatipun demikian, level arus masuk modal langsung yang cukup tinggi mampu menahan laju penurunan kinerja transaksi modal dan finansial menjadi tidak terlalu dalam. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. III-2011, antara lain:

1.       Diversifikasi mitra dagang Indonesia mendorong kinerja ekspor di triwulan laporan tetap kuat kendati laju harga komoditas utama ekspor melambat;

2.       Pertumbuhan ekonomi Tw. III-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,8% dan 7,1%. Perkembangan permintaan domestik ini mendorong akselerasi pertumbuhan impor nonmigas;

3.       Produksi minyak yang meningkat dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang sedikit menurun menyebabkan defisit neraca perdagangan minyak mengecil;

4.       Gejolak di pasar keuangan global akibat ketidakpastian penyelesaian krisis sovereign debt di kawasan Eropa dan memburuknya perekonomian Amerika Serikat berimbas pada perkembangan pasar finansial di emerging markets, termasuk Indonesia. Derasnya arus keluar modal asing, terutama pada Agustus-September 2011, dari pasar saham domestik dan Surat Utang Negara (SUN) serta besarnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) milik asing yang jatuh tempo menyebabkan tekanan defisit pada transaksi modal dan finansial.

Dengan melihat perkembangan itu, terdapat beberapa hal yang membuat kita masih patut berbesar hati. Perkembangan ekspor yang mengalami peningkatan demikian pesat akhirnya menggambarkan potensi perekonomian Indonesia dalam melakukan penetrasi secara global. Kita tentu sering berpikir,peningkatan ekspor tersebut terutama karena peningkatan harga-harga komoditas. Kendati demikian,jika kita menilik beberapa komoditas yang ada,kesimpulan yang bisa kita ambil, memang sungguh telah terjadi peningkatan volume ekspor.

Minyak sawit dan batu bara misalnya mengalami kenaikan volume yang cukup besar karena terjadi peningkatan produksi kedua komoditas tersebut. Perkembangan ini didukung oleh semakin meluasnya kebun sawit yang mengalami panen serta semakin besarnya kapasitas produksi batubara Indonesia. Dalam beberapa waktu terakhir kita juga mengamati peningkatan volume ekspor karet karena permintaan komoditas tersebut meningkat tajam seiring kenaikan penjualan mobil secara global. Yang juga membuat kita patut berbesar hati adalah semakin berkembangnya ekspor hasil industri Indonesia.

Dahulu ekspor hasil industri kita terutama berpusat pada tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki.Banyak pihak mengatakan, industri tersebut merupakan foot loose industry yang mudah berpindah untuk mencari biaya produksi lebih rendah. Kendati demikian, dalam perkembangan terakhir ekspor TPT Indonesia justru mengalami kenaikan kembali dan bahkan sudah lebih dari USD13 miliar, telah jauh melampaui USD10 miliar yang sebelumnya menjadi rekor ekspor industri tersebut.Namun, sekarang ini kita juga melihat bangkitnya ekspor elektronika yang bahkan nilainya bersaing ketat dengan ekspor TPT.



Yang lebih luar biasa lagi adalah peningkatan ekspor industri automotif Indonesia. Ini berarti ekspor industri automotif kita sudah semakin mengglobal dewasa ini. Karena itu, peningkatan yang sangat tajam dari ekspor kita tidaklah hanya terkonsentrasi pada beberapa produk saja, tapi sudah sangat luas cakupannya, atau yang sering disebut sebagai broad based. Dengan melihat perkembangan ini, sangat mungkin ekspor Indonesia pada 2012 masih akan mengalami kenaikan meski tidak secepat tahun lalu.

Dari sisi impor,kita melihat peningkatan yang sangat pesat dari impor barang-barang modal. Perkembangan ini menandakan terjadi peningkatan investasi, baik yang berasal dari investor dalam maupun luar negeri. Untuk investor dari luar negeri,perkembangan impor itu akan dikompensasi dengan aliran modal masuk dalam jumlah yang setara (atau bahkan mungkin lebih karena kebutuhan investasi untuk modal kerjanya).Karena pemerintah kita sangat getol mengundang masuknya investasi asing,sebetulnya sudah bisa dipastikan bahwa impor barang modal pasti akan mengalami kenaikan tajam. Namun,karena impor ini diimbangi oleh masuknya modal (dalam neraca modal), sebetulnya yang terjadi adalah aliran modal yang tidak menimbulkan utang atau yang disebut dengan non-debt creating flows.

Kenaikan impor oleh faktor ini seharusnya membuat kita bergembira dan bukan bersedih atau bahkan khawatir.Jika kita melihat aliran modal langsung (PMA) sepanjang 2011 mencapai USD10,437 miliar, sebetulnya jika tidak ada PMA tersebut, neraca perdagangan kita akan mengalami surplus lebih besar yaitu sekitar USD46 miliar, lebih dari USD35 miliar yang terjadi saat ini. Dengan melihat perkembangan tersebut, defisit yang terjadi pada kuartal ketiga dan keempat pada 2011 lebih karena terjadi aliran balik dari investasi portofolio yang tertanam di Indonesia.

Perkembangan tersebut pada hakikatnya tidak akan memengaruhi perkembangan sektor riil sehingga secara fundamental perekonomian kita bisa dikatakan masih sangat sehat. Dengan melihat perkembangan rating Indonesia yang mengalami peningkatan menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat Fitch and Moodys, kita bisa berharap akan terjadi aliran modal balik kembali masuk ke Indonesia untuk masuk dalam aset-aset keuangan Indonesia. Itulah sebabnya dalam beberapa minggu terakhir kita mulai melihat kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) meski perkembangannya mengalami pasang- surut yang cukup besar.

Jika aliran dana masuk tersebut berlangsung sebagaimana terjadi pada semester pertama tahun lalu, bisa dipastikan neraca pembayaran Indonesia akan kembali mengalami surplus sehingga cadangan devisa kita akan mengalami kenaikan, sementara nilai rupiah juga akan cenderung menguat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Jembatan 1 Dompak, Tanjungpinang... Diwaktu malam

Yang Populer Nie